Banda Aceh vs Medan: Siapa yang Lebih Unggul dalam Angka?
INFOGRAFIK
1/31/20255 min read
Dua ibu kota provinsi di ujung Pulau Sumatera, Banda Aceh dan Medan, memiliki lokasi geografis yang relatif berdekatan. Secara teori, kedekatan ini bisa menghasilkan pola perkembangan yang serupa dalam berbagai aspek, mulai dari ekonomi, kesejahteraan, hingga pariwisata. Namun, apakah realitas statistik menunjukkan kesamaan tersebut? Atau justru ada perbedaan mencolok dalam indikator utama kedua kota ini?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, mari kita ulik lebih jauh dengan membandingkan beberapa indikator kunci. Berikut angka statistik keduanya yang menarik untuk dikaji:
Sosial-Ekonomi
Aceh sering kali disebut sebagai salah satu provinsi termiskin di Pulau Sumatera, bahkan di Indonesia secara keseluruhan. Namun, jika dilihat lebih rinci, Kota Banda Aceh justru mencatat persentase kemiskinan terendah di provinsi tersebut, yaitu 7,04% pada tahun 2023. Angka ini lebih rendah dibandingkan Kota Medan yang memiliki persentase kemiskinan sebesar 8%.
Perbedaan ini juga terlihat dari garis kemiskinan kedua kota. Garis kemiskinan Banda Aceh berada di angka Rp814.530 per bulan, sementara Medan memiliki garis kemiskinan yang lebih rendah, yaitu Rp651.901 per bulan. Garis kemiskinan yang lebih tinggi di Banda Aceh menunjukkan bahwa standar kebutuhan minimum di kota ini lebih besar dibandingkan Medan. Hal ini dapat mencerminkan kesejahteraan yang lebih baik, tetapi juga bisa menunjukkan bahwa biaya hidup di Banda Aceh lebih tinggi.
Selain itu, perbedaan kesejahteraan masyarakat juga dipengaruhi oleh tingkat pengangguran di masing-masing kota. Kota Medan memiliki Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 8,67%, sedikit lebih tinggi dibandingkan Banda Aceh yang berada di angka 8,03%. Meskipun begitu, tingkat produktivitas ekonomi Medan terbukti lebih tinggi. Hal ini tercermin dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang diperoleh Medan pada tahun 2023, yaitu Rp2,44 triliun, jauh melampaui Banda Aceh yang hanya mencapai Rp287,44 miliar. Perbedaan ini juga dapat dikaitkan bahwa Medan merupakan kota metropolitan dengan skala ekonomi yang lebih besar serta sektor industri dan perdagangan yang lebih berkembang dibandingkan Banda Aceh.
Namun, jika dilihat dari indikator kesejahteraan sosial, Banda Aceh justru unggul. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Banda Aceh mencapai 88,32, lebih tinggi dibandingkan Medan yang berada di angka 82,61. IPM yang lebih tinggi menunjukkan bahwa perbaikan kualitas hidup masyarakat Banda Aceh, secara umum, lebih baik meskipun pendapatan ekonominya lebih rendah. Hal ini bisa disebabkan oleh faktor-faktor seperti akses terhadap layanan kesehatan dan pendidikan yang lebih merata, serta tingkat harapan hidup yang lebih panjang.


Demografi
Berdasarkan luas wilayah, kedua kota ini memiliki perbedaan yang signifikan. Luas Kota Medan mencapai 265,1 km², hampir 24 kali lebih besar dibandingkan Kota Banda Aceh yang hanya 61,36 km². Perbedaan ini tentu memengaruhi jumlah penduduk yang berada oleh masing-masing wilayah.
Kota Medan memiliki jumlah penduduk sebesar 2,47 juta jiwa, angka yang hampir 11 kali lebih banyak dibandingkan Banda Aceh yang hanya 261,96 ribu jiwa.
Jika dilihat dari pertumbuhan penduduk, data historis menunjukkan bahwa Kota Medan mengalami penurunan pertumbuhan penduduk sebesar 0,82% pada tahun 2023. Sebaliknya, Banda Aceh justru mengalami pertambahan penduduk sebesar 1,23% pada tahun yang sama.
Dari sisi kepadatan penduduk, Medan memiliki densitas populasi yang cukup tinggi, yaitu 9.333 jiwa per km². Sementara itu, Banda Aceh memiliki kepadatan penduduk yang lebih rendah, yaitu 4.260 jiwa per km².


Kesehatan
Selanjutnya, salah satu faktor penting yang menggambarkan kelayakan hidup di suatu wilayah adalah tingkat kesehatan. Indikator ini dapat diukur melalui angka kesakitan, yang menunjukkan proporsi penduduk yang mengalami keluhan kesehatan dalam periode waktu tertentu.
Kota Banda Aceh mencatat angka kesakitan sebesar 27,8%, lebih tinggi dibandingkan Kota Medan yang berada di angka 17,54%. Artinya, tingkat kesakitan di Banda Aceh 10% lebih tinggi daripada Medan. Angka ini mengindikasikan bahwa penduduk Banda Aceh lebih rentan mengalami masalah kesehatan dibandingkan penduduk Medan.


Pendidikan
Berdasarkan proporsi penduduk dengan tingkat pendidikan tertinggi, Kota Banda Aceh memiliki persentase penduduk berijazah perguruan tinggi yang lebih tinggi dibandingkan Kota Medan, yaitu 31,01% dari seluruh angkatan kerja. Sementara itu, Medan hanya mencatat 16,86%.
Angka ini menunjukkan bahwa lebih banyak penduduk Banda Aceh yang menyelesaikan pendidikan hingga jenjang perguruan tinggi, melebihi batas kewajiban bersekolah. Hal ini juga dapat diartikan sebagai kemudahan akses terhadap pendidikan tinggi di Banda Aceh dibandingkan Medan. Sementara itu, hampir setengah dari penduduk Kota Medan memiliki pendidikan tertinggi hingga SMA, yaitu sebesar 51,2%.


Lingkungan
Ruang Terbuka Hijau (RTH) merupakan salah satu indikator penting untuk mengukur kualitas lingkungan di suatu wilayah. Berdasarkan data 2023, Kota Banda Aceh memiliki proporsi RTH sebesar 13,76% dari total luas wilayahnya. Angka ini lebih tinggi dibandingkan Kota Medan yang hanya mencapai 11,04%.
Perbedaan ini menunjukkan bahwa Banda Aceh memiliki ketersediaan ruang hijau yang lebih luas dibandingkan Medan. Ruang terbuka hijau yang memadai tidak hanya berperan dalam menjaga kualitas udara dan ekosistem, tetapi juga memberikan dampak positif bagi kesejahteraan masyarakat, seperti mengurangi polusi dan menyediakan area rekreasi.
Namun, menarik untuk dikaji lebih lanjut: Apakah ruang terbuka hijau ini telah dimanfaatkan secara optimal untuk meningkatkan kualitas lingkungan, atau justru masih terbengkalai?
Pariwisata
Selain indikator ekonomi dan kesejahteraan, sektor pariwisata juga menjadi aspek penting dalam menggambarkan dinamika kedua kota. Dari sisi wisatawan domestik, Banda Aceh mencatat jumlah kunjungan wisatawan nusantara sebanyak 355.251 kunjungan pada tahun tertentu, jauh lebih tinggi dibandingkan Medan yang hanya menerima 263.793 kunjungan. Perbedaan ini menunjukkan bahwa Banda Aceh memiliki daya tarik yang lebih kuat bagi wisatawan domestik, baik karena faktor budaya, religi, maupun sejarahnya yang khas.
Namun, situasi berbanding terbalik jika melihat jumlah wisatawan mancanegara. Medan menerima 162.438 kunjungan wisatawan asing, jauh lebih banyak dibandingkan Banda Aceh yang hanya mencatat 26.778 kunjungan, atau sekitar 17% dari total wisatawan mancanegara di Medan. Salah satu faktor utama yang menyebabkan tingginya kunjungan wisatawan asing ke Medan adalah keterbukaan akses transportasi internasional. Bandara Internasional Kualanamu, sebagai salah satu bandara terbesar di Indonesia, memiliki lebih banyak rute penerbangan langsung ke berbagai negara dibandingkan Bandara Sultan Iskandar Muda di Banda Aceh.
Dari perbandingan berbagai indikator yang disebutkan di atas terlihat bahwa Kota Banda Aceh dan Kota Medan memiliki keunggulan dan tantangan masing-masing dalam perkembangannya. Perbedaan ini menunjukkan bahwa setiap daerah memiliki prioritas pembangunan yang berbeda, tergantung pada potensi, kebutuhan, dan tantangan yang dihadapi. Dengan memahami keunikan dan perbedaan setiap kota, kebijakan yang lebih tepat sasaran dapat dirancang untuk mendorong pembangunan yang berkelanjutan dan inklusif bagi masyarakatnya.



