Perkiraan Jumlah Senjata Nuklir Global pada Tahun 2025
INFOGRAFIK
Rizqa Ridajani
7/17/20252 min read
Federation of American Scientists (FAS) memperkirakan bahwa pada tahun 2025, sembilan negara di dunia memiliki sekitar 12.241 hulu ledak nuklir. Dua negara adidaya, yaitu Rusia dan Amerika Serikat, mendominasi kepemilikan tersebut. Keduanya menguasai 87% dari total senjata nuklir global, masing-masing dengan lebih dari 5.000 unit. Sementara itu, sisanya 13% dimiliki oleh tujuh negara lainnya, yaitu Prancis, Tiongkok, Inggris, India, Pakistan, Israel, dan Korea Utara. Meskipun jumlahnya jauh lebih kecil, negara-negara tersebut tetap berperan dalam menjaga kekuatan dan keseimbangan global.
Secara umum, senjata nuklir ini terbagi dalam beberapa kategori utama. Kategori strategis merujuk pada hulu ledak yang telah dipasang di sistem peluncur jarak jauh, seperti misil antarbenua atau pangkalan pengebom, dan siap digunakan dalam skenario jarak jauh. Nonstrategis mengacu pada hulu ledak yang dipasang di sistem senjata jarak pendek. Cadangan adalah hulu ledak yang belum dipasang, tetapi tetap aktif dan siap digunakan. Sementara itu, kategori dihentikan atau retired mencakup hulu ledak yang sudah tidak digunakan secara aktif namun belum dibongkar, sehingga tetap tercatat dalam inventaris total.
Dari total 12.241 unit, sebanyak 9.614 senjata masih tercatat aktif dalam gudang militer, dengan sekitar 3.812 diantaranya sudah dipasang secara operasional. Rusia memiliki stok terbanyak yaitu 5.459 unit, disusul Amerika Serikat dengan 5.177 unit. Dari total tersebut, 2.627 senjata telah dikategorikan sebagai senjata yang sudah dihentikan secara aktif, namun belum dibongkar.
Informasi ini cukup untuk menunjukkan bahwa meskipun jumlah total hulu ledak telah menurun secara signifikan dibandingkan masa Perang Dingin (sekitar 70.300 unit pada tahun 1986) potensi kekuatan nuklir dunia masih sangat besar. Penurunan jumlah tersebut sebagian besar terjadi pada era 1990-an. Namun dalam beberapa dekade terakhir, laju pengurangan melambat dan sebagian negara justru tercatat menambah jumlah senjatanya. Di antara negara-negara tersebut adalah Tiongkok, India, Pakistan, Korea Utara, Rusia, dan Inggris. Sementara itu, hanya Amerika Serikat yang secara bertahap terus melakukan pengurangan.
Jumlah hulu ledak dalam stok militer aktif kini kembali meningkat. Senjata-senjata ini bukan hanya sekedar angka, tetapi menjadi bagian dari strategi pertahanan dan kekuatan global. Terlebih lagi, sebagian besar negara pemilik tidak sepenuhnya transparan terhadap data aktual yang mereka miliki, sehingga estimasi seperti yang dilakukan FAS menjadi sangat penting dalam memetakan dinamika keamanan internasional.

